Jamaah yang harus solat di luar ruangan masjid |
Jum’at (18/2), matahari
memang bersinar terang. Namun hal itu belum mampu untuk menghangatkan suhu
Yekaterinburg yang berada pada kisatan minus 25 derajat.
Di
jalan pertigaan jalan Chapaeva – Dekabirstov terlihat beberapa orang
membuka pintu gerbang yang terbuat dari kayu. Ya, mereka adalah jamaah yang
ingin menunaikan sholat jum’at. Tepat di pertigaan jalan Chapaeva
dekabirstov terdapat masjid kecil yang masih dalam tahap rencana ingin
dijadikan sebuah sabornaya mechet[1].
Masjid yang berada di jalan ini
diberi nama “Nur Usman” . Dia memiliki ukuran 7 X 12 m2. Dibuka pada
musim gugur 2010 oleh mufti Russia Rovil Gainuddin. Dan sampai sekarang
masjid ini baru mampu menampung sekitar 150 jamaah saja.
Jamaah
sudah berdatangan sejak pukul 11.00 waktu setempat (satu jam lebih lambat
dengan waktu Indonesia bagian barat). Sebelum sholat dimulai, sambil menunggu
jamaah berkumpul, seperti biasanya, ada salah satu jamaah yang bertugas memperdengarkan
surat yasiin dan tabarak.
Pukul
13.20 jamaah sudah memenuhi ruangan dan waktu dzuhr sudah masuk. Adzan mulai di
kumandangkan lalu khotib berdiri di depan jamaah dan memulai khutbahnya.
Jamaah yang sholat di
masjid ini berasal dari berbagai kalangan. Diantaranya para mahasiswa, pekerja
dan pelaku bisnis dari berbagai negara seperti Uzbekistan, Tajikistan,
Kirgizstan, Turkey, etnis Tatar, Russia dan sebagianya.
Setelah
sholat jum’ah selesai, imam memimpin dzikir. Sudah menjadi sebuah tradisi juga,
jama’ah saling bersalaman satu persatu. Setelah selesai mereka membuat sebuah
majelis yang berbentuk lingkaran. Sebagai penutup, majelis ditutup dengan doa
yang dibacakan oleh imam atau orang yang ditunjuk oleh imam.
Rencana Masjid Jami’
Ide pembangunan masjid
jami’ di Ekaterinburg, ibu kota Ural ini sudah dimulai sejak tahun 2008. Saat
ini, di pusat kota sudah ada gereja dan sinagog, sebagai perwakilan dari
agama-agama yang ada di Yekaterinburg. Rencananya, pemerintah kota menginginkan
masjid ini sebagai pelengkap tempat ibadah tiga agama yang ada di pusat kota.
Namun,
pembangunan masjid bisa dikatakan statis. Sampai saat ini (tahun 2010),
bangunannya masih semi permanen. Dan dipakai hanya untuk melaksanakan sholat
jum’at saja. Masjid ini masih menggunakan gas tabung sebagai penghangat
ruangan. Jika tabung habis atau telat datang, jamaah sholat jum’at bisa
kedinginan. Listrik pun belum terpasang. Tempat untuk berwudhu juga belum ada.
Menurut
beberapa orang yang menjadi pengurus di masjid ini, harapannya, masjid ini akan
dibangun bukan hanya sebagai tempat sholat, namun juga sebagai Islamic
centre. Kedepannya, rencananya ditempat yang sama juga akan dibangun
madrasah.
Melihat
kondisi yang ada, memang terasa sulit untuk mewujudkan harapan-harapan diatas.
Namun Allah maha kuasa, jika Dia berkehendak tak ada yang bisa menghalangi.
1
Maret 2011
0 Comments:
Posting Komentar