Syukuran bersama keluarga Muslim di Tatarstan |
Sekitar
137 kilometer dari ibu kota Tatarstan, terdapat sebuah kota kecil bernama Bua
(Buinsk). Seperti lazimnya kota kecil
yang lain, Bua sangatlah sepi. Transportasi di kota ini pun jarang kita temui.
Jika ingin bepergian ke suatu tempat, kita bisa naik taksi atau ojek mobil.
Di
pusat kota kecil itu, terdapat tiga masjid besar. Di antaranya Masjid Nuriya,
salah satu masjid tertua yang ada di kota Bua, umurnya sudah lebih dari 205
tahun. Masjid itu dibangun pada 1805 M oleh Gabdulvalib bin Gabdurrahman
al-buavi. Sekarang, selain sebagai masjid dan madrasah, masjid ini juga
menjadi play group.
Seperti di kota Kazan, di desa Bua
pun juga terdapat toko-toko yang menjual makanan halal. Biasanya, di pintu
masuk toko, mereka akan menuliskan kata "Halal", baik dalam huruf
Arab maupun Rusia. Penulisan kata halal di pintu ataupun tembok bagian luar
dari sebuah toko sangatlah penting. Hal ini untuk memberitahukan kepada
masyarakat karena suplai daging yang cocok untuk Muslim sangatlah jarang.
Tradisi Muslim Tatarstan
Mengazani bayi yang baru lahir. |
Di
kota kecil Bua, misalnya, majelis taklim juga masih rutin diadakan. Biasanya
diadakan sehabis shalat Isya dan setiap malam Jumat digelar pengajian pekanan.
Setelah majelis selesai, jamaah beramah-tamah sambil menikmati teh panas.
Tradisi
"mengazani" jabang bayi juga tetap bertahan. Namun, sang muazin
bukanlah ayah, ibu kandung, atau orang yang mempunyai hubungan darah dengan
sang bayi, tapi seorang "Hazarat" atau ustaz jika di Indonesia.
Karena di sini tidak semua bisa azan.
Tradisi "tasyakuran" juga
masih hidup ditengah masyarakat Muslim Tatarstan. Jika seseorang mendapatkan
nikmat atau menggelar peringatan tertentu, sohibul hajat akan mengundang
beberapa kerabat atau tetangga dekat. Di dalam majelis tersebut akan dibacakan
ayat-ayat Alquran.
Selanjutnya,
seorang hazarat akan menyampaikan mau'idzoh hasanah (ceramah) sekitar tiga
puluh menit. Di pengujung majelis, kembali dibacakan ayat-ayat Alquran kemudian
ditutup dengan pembacaan doa.
Setelah
hazarat selesai membaca doa, para tamu undangan akan saling membagikan sedekah
secara bergantian. Sedekah ada yang berbentuk uang, sabun, teh, dan sapu tangan
yang dipandang berguna.
Ketika
aku berkesempatan menghadiri undangan tasyakuran ulang tahun pernikahan kakek
teman ku yang ke-50, salah satu tamu undangan bertanya, "Apakah di
Indonesia juga ada tradisi syukuran seperti ini?"
aku pun
menjawab, "Ada."
Kemudian
aku menambahkan, tradisi syukuran biasanya kami selenggarakan jika mendapatkan
sesuatu, seperti lulus ujian, pernikahan, panen, dan lain-lain.
Sisi
lain dari kehidupan Muslim di Rusia, di sana banyak yang tidak bisa shalat,
tidak bisa mengaji, tidak puasa Ramadhan, tapi mereka tidak minum arak dan
tidak zina. Mereka tetap bangga mengaku sebagai Muslim. Dan mereka tahu, bahwa
agama Islam melarang perbuatan tercela seperti mabuk, zina, dan perbuatan tak
terpuji lainnya.
Sejarah
memang membuat mereka seperti itu. Allah Maha Mengetahui. Mereka masih
bersyukur bisa tetap mengenal islam. Mereka bercerita, dahulu kakek-nenek
mereka untuk melindungi Alquran, mereka akan menyimpannya di antara lipatan
baju agar tidak diketahui jika ada pemeriksaan. Sebelum tidur, ketika masih
kecil, para orang tua hanya mengajarkan syahadat dan bismillah, untuk praktek
syariat lainnya, mereka tidak tahu.
Madrasah Bua, dibangun sejak 1805 M |
Mereka
tidak bisa shalat karena memang tidak ada yang mengajarkan, ulama, dan Muslimin
dibantai. Keimanan mereka cukup dengan kesaksian bahwa mereka adalah Muslim.
Ya, pelaku sejarah pernah berusaha melenyapkan agama Allah dari muka bumi ini.
Uni
soviet berkuasa selama 74 tahun (1917-1991), berusaha membungkam suara-suara
takbir di bumi Allah bagian utara itu.
Namun, malaikat-Nya lebih kuat, mereka mampu bertahan sampai sekarang.
Februari, 2011
0 Comments:
Posting Komentar