Biasanya,
untuk berbelanja peralatan rumah tangga kita mengandalkan Mega, pusat
perbelanjaaan yang terletak lumayan jauh dari kota. Dari asrama kami harus
jalan kaki sekitar 20 menit untuk sampai ke Halte dimana kita bisa mendapatkan
bis jemputan gratis yang akan mengantarkan kita sampai ke Mega.
Perjalanan
ke Mega kurang lebih 45 menitan. Meskipun terkesan jauh namun kita bisa
menikmati perjalanan. Dari menikmati pemandangan hutan, atau pun sambil
memperlancar bahasa dengan mendengarkan orang Russia bercakap-cakap.
Terus
terang aku belum ada keberanian untuk mengajak berbincang dengan orang Russia
yang ada di bis. Sampai saat ini image orang Russia masih belum
bersahabat bagi aku. Tidak seperti di Cairo, disana orang pribumi dengan
familiar dan hangatnya menyambut setiap mahasiswa asing.
Sebelum
berbelanja, salah satu senior mengingatkan kami untuk membawa plastik sendiri
dari asrama agar nantinya tidak perlu membeli lagi. Aku berpikir, apakah di
Russia tidak ada pabrik plastik, sampai-sampai swalayan pun harus menjual
kantong plastik.
Setelah
belanjaan dirasa cukup kami pun langsung menuju ke kasir. Antrian sangat
panjang. Sangat maklum karna memang di Mega, harganya lebih miring diibanding
harga-harga di supermarket yang ada di Kota.
Setelah
tiba giliran penghitungan biasanya kasir akan bertanya kepada Pembeli, “paket
vam nujno?”[1]
Jika
kita menjawab iya, maka untuk setiap plastik kecil kita akan membayar minimal 2
rubl (Rp.600,00 - harga kantong plastic tergantung pada ukurannya), kemudian kasir akan langsung memasukkan
barang yang sudah kita beli ke plastik-plastik tersebut. Jika kita menjawab
tidak, maka kita sendiri yang harus memasukkan barang tadi ke plastik yang
sudah kita bawa dari rumah.
Di
Indonesia Plastik memang terlihat begitu sepele, ringan dan sangat murah.
Setiap kita berbelanja maka toko akan menyediakan plastik secara percuma,
bahkan ketika pembeli tidak menginginkan plastik, justru penjual akan
menawarkan plastik. Karna bisa mendapatkan plastik dengan mudah dan murah,
kemudian masyarakat indonesia meremehkan nilai penting sebuah plastik.
Suatu
contoh, sepulang berbelanja, jika susah membuka kantong plastik maka kita
langsung merobeknya. Jika plastik ternyata basah maka kita akan langsung melemparnya
ke kotak sampah. Atau kadang dari jendela mobil ,kita langsung melempar sisa
makanan dengan bungkus plastiknya sekaligus.
Sekarang
aku bisa paham mengapa kantong plastik di Russia terbilang mahal. Jika seorang
pembeli pergi ke pasar, pastinya tidak akan membeli satu jenis belanjaan. Ada
tahu, bawang, sayur dll. Ada belanjaan basah dan ada belanjaan kering. Maka
pembeli akan membutuhkan banyak plastic. Bayangkan, di pasar lebih dari seribu
orang yang berbelanja dengan berbagai belanjaan yang beragam. Jika di Indonesia
… tidak perlu aku tuliskan apa yang akan dilakukan para pembeli dengan
plastik-palstik tersebut. Sedangkan kita di Russia, kita dipaksa untuk
mencintai kantong plastik.
Nah,
jika dalam pikiran masyarakat sudah terbentuk pola pikiran bahwa kantong
plastik adalah hal yang sangat mahal dan berharga, maka masyarakat tidak akan
mudah mencampakkan plastik begitu saja. Plastik tidak akan mudah terlempar ke
kotak sampah atau mungkin ke pinggir jalan atau malah ke sungai..?
Ekaterinburg, 5 januari 2011
0 Comments:
Posting Komentar