Halal Tour in Russia

BAHASA RUSIA

Senin, 28 Januari 2019

Berartinya Menjadi Muslim Setelah di Russia

Meja yang kutata ketika aku lupa tidak membawa sajadah

            Terlahir di Indonesia, di tengah keluarga muslim, mudah mengenyam pendidikan agama, hidup di pesantren dan di lingkungan yang mayoritas penduduknya beragama islam ternyata bisa mengurangi “manisnya” iman dan islam.
            Mengapa aku bisa berkata seperti itu? Karena dengan situasi dan kondisi diatas, maka hidup sebagai seorang muslim akan terasa sangat mudah. Seseorang jika terbiasa hidup mewah dan enak, maka tidak akan tahu bagaimana nikmatnya hidup. Seperti ungkapan kuno, seseorang akan  tahu nikmat sehat setelah ia merasakan sakit.

            Sebagai contoh, di Indonesia, seorang Muslim, bisa melaksanakan sholat kapan saja dan dimana saja. Di pasar, sekolah, rumah sakit, terminal bahkan di jalanan pun orang bisa sholat. Suara adzan akan dikumandangkan di setiap waktu. Dari sini, banyak orang kemudian sering menggampangkan sholat.
nanti saja sholatnya,” suatu ungkapan ringan.
            Untuk urusan makan, setiap muslim bisa masuk kemana saja karena (bisa dipastikan) 99% rumah makan di Indonesia tidak menyediakan babi dll (kecuali daerah yang mayoritas non muslim.) Paling tidak, sembelihan seorang muslim sudah dianggap halal menurut salah satu pendapat ulama. Meskipun demikian, sebagai muslim kita harus lebih menjaga sikap wira’i (kehati-hatian) kita.

Menjadi Muslim di Russia
            Tidak mudah untuk menjadi muslim di Russia. Dalam hal ini, kecakapan kita dalam berinteraksi sangat dibutuhkan. Sebagai seorang muslim, selain interaksi social, tentu saja kita mempunyai kewajiban untuk tetap menjaga interaksi vertical (ibadah) kita. Dan tetap berlaku sesuai dengan kode etik seorang muslim.
            Ketika di Indonesia, menjadi seorang muslim seolah tanpa ada rintangan dan hambatan. Namun, di Russia, untuk menjaga identitas sebagai muslim “lahir batin” begitu banyak kendala.
            Suatu contoh,di kota dimana aku tinggal sekarang – Yekaterinburg,  Kota yang terdapat di perbatasan Asia – Eropa ini hanya memiliki 4 masjid (Masjid Ar-rahman, Ramadhan, Maulid dan Nur Ustman). Itu pun ada satu masjid yang hanya dibuka pada hari jum’at saja. Otomatis kerinduan akan sholat jama’ah terasa besar sekali.
            Keadaan sangat berbeda dengan di Indonesia, Kita bisa melihat, ketika jam istirahat makan siang, orang-orang ramai melepas penat di emperan masjid setelah melaksanakan sholat. Nikmatnya menikmati pemandangan seperti itu baru bisa aku rasakan sudah berada di Russia.
            Situasi paling susah adalah jika posisi kita sebagai karyawan atau mahasiswa. Tentunya, kita ingin sholat yang normal dengan syarat dan rukunnya. Namun, universitas-universitas di Russia tidak mempunyai Musholla. Kita selalu sholat dalam keadaan terdesak. Ngumpet, duduk, isyarat dll. Selain itu, belum adanya sistem pendidikan yang mengenal waktu sholat. Kerinduan akan sholat yang normal sangat aku rasakan di sini.
            Untuk urusan makanan, semua restoran di Russia bisa dipastikan menyediakan daging babi. Bagi para muslim yang ingin mendapatkan daging atau masakan halal di Yekaterinburg, mereka bisa mendapatkannya di pasar traditional Tagansky Ryad. Disana terdapat kios daging dan rumah makan halal. para penjualnya adalah para migran yang berasal dari Uzbekistan dan Tajikistan. Alasan di Tagansky terdapat makanan halal karena mayoritas pekerja di pasar ini adalah muslim.
Selain di Tagansky, muslim bisa mendapatkan daging halal di masjid-masjid. Di Russia, Masjid bukan hanya berfungsi sebagai tempat sholat atau pengajian, namun juga berfungsi sebagai kios penjualan daging dan makanan halal, buku-buku agama, jilbab dan atribut keagamaan lainnya.
            Aku pernah menanyakan kepada seorang Hazrat (ustadz) mengenai daging ayam yang dijual di swalayan-swalayan yang ada. sang ustadz tadi menjawab “ayam itu mati bukan dengan cara disembelih, tapi diestrum, jika kita memakannya, sama juga kita memakan bangkai.”

0 Comments:

Posting Komentar