Shans, Wadah Muslimah
Yekaterinburg.
Jika
Nahdhatul Ulama (NU) memiliki Fatayat, Muhammadiyah memiliki Aisyiyah,
maka Muslim Yekaterinburg juga
mempunyai organisasi husus untuk wanita yang bernama Shans.
Alhamdulillah, akhirnya
aku bisa mendapatkan kesempatan ngobrol bersama ketua klub wanita Shans,
Rozaliya Ahmetova. Di kesempatan itu, aku berusaha menggali lebih dalam lagi
informasi tentan apa dan bagaimana sebenarnya
jenski klub (forum wanita) Shan itu?
Menurut keterangan dari Rozalia
Ahmetova Shans dibentuk pada akhir februari 2009. Tujuan pembentukan
organisasi ini antara lain adalah: sebagai sarana untuk pendidikan muslimah
Yekaterinburg, forum perkenalan sesama muslimah dan sarana memperkenalkan
komunitas muslimah kepada public.
Shans mempunyai beberapa agenda
kegiatan, antara lain: pertemuan mingguan, pelatihan ketrampilan wanita , dan
diskusi tentang Islamic mode. Selain menjalankan program kerja intern,
organisasi ini juga aktif berpartisipasi di berbagai kegiatan, bekerja sama
dengan organisasi lain seperti; mengadakan seminar tentang peran muslimah di
era modern, ikut dalam perayaan pesta rakyat Russia seperti Sabantui,
mengadakan pertemuan dengan para veteran, peringatan hari anak dan santunan ke
beberapa panti asuhan.
Di ulang tahunnya yang ke tiga,
organisasi ini tetap ingin menunjukkan keberadaanya kepada masyarakat. Sabtu
(10/3), Shans kembali mengadakan seminar di masjid Ramadhan yang terletak di
jalan Dimitrova 15, Himmas. Tema yang diusung pada kesempatan kali ini adalah
peran Muslimah dalam menciptakan masyarakat ideal.
Albina Karamova, Alvina
Duskaeva dan Lyuiza Ishmanova, sebagai wakil dari aktivis muslimah
muda menjadi pembicara dalam acara tersebut. Albina menyajikan video tentang
keutamaan wanita berjilbab. Melalui video tersebut Albina juga menjelaskan
bahwa berjilbab bukan berarti ketinggalan jaman. Wanita bisa terlihat lebih
menarik dengan jilbabnya.
Alvina Duskaeva
mempresentasikan beberapa muslimah yang berprestasi di dunia international. Melalui
makalahnya, mahasiswi semester tujuh Ural Federal University ini
mengatakan bahwa muslimah juga bisa mengukir prestasi yang tinggi.
Sedangkan Lyuiza Ishmanova
mempresentasikan sejarah kedudukan wanita, mulai dari zaman kuno seperti
bagaimana nilai dan kedudukan wanita di Eropa , Cina, Mesir, dan Arab sebelum
hingga datangnya Islam.
Untuk memancing interaksi
pengunjung, di penghujung acara panitia menyediakan sesi tanya jawab. Rozalia
Ahmetova dan direktur Prosveshcenie Ruslan Normametov memandu sesi tanya jawab
ini. Bagi hadirin yang ingin bertanya, mereka harus menuliskan pertanyaan lewat
sebuah kertas yang bisa diminta di panitia. Audience diberi waktu sekitar
sepuluh menit untuk menuliskan pertanyaan, selanjutnya kertas-kertas pertanyaan
tersebut diserahkan kepada pemandu acara.
Di antara beberapa tumpukan
pertanyaan ada satu pertanyaan yang sangat menyentuh. Disana tertulis : “sebagai
seorang muslimah, tentu aku ingin sekali berjilbab, namun ditempat kerja aku,
dan aku yakin diseluruh instansi-instansi yang ada di Yekaterinburg, terdapat
larangan untuk memakai atribut agama, bagaimana kami harus bersikap?”
Rozalia Ahmetova dan Ruslan
Nurmametov sempat kagok menjawab pertanyaan tersebut. Ruslan mengatakan
bahwa masalah seperti ini bukan hanya terasa berat bagi perempuan saja, namun
juga bagi laki-laki. Kondisi masyarakat belum bisa menerima Muslimah
sepenuhnya. Masih terdapat banyak kesalah fahaman dan diskriminasi terhadap
perempuan berjilab. Rozalia Ahmatevo sendiri pernah mengalami perlakuan tersebut.
Dia pernah dilarang masuk ke stasiun metro bawah tanah Yekaterinburg hanya
karena dia berjilbab.
“Tentunya kita akan lebih banyak
berdoa kepada Allah untuk kebaikan kita semua.” Ruslan mengakhiri
komentarnya.
Ya, menjadi minoritas tidak lah mudah.
Allah maha bijaksana.
0 Comments:
Posting Komentar