Ruslan Nurmametov, Sahabat selagi di Mesir. |
Kegalauan ku pun memuncak. Akhirnya aku berpikir untuk mengirim pesan singkat (sms) kepada salah satu teman Russia yang pernah pernah kenal semasa di Cairo. Namanya Romil Gizzatullin. Saat itu dia sedang berada di Cairo, melanjutkan pendidikan masternya.
Aku kirimkan pesan
pendek ini :
“Romil, alhayah
so’3bah fi Russia, maa fiisy adzn wa laa masjid, khudz ni[1]!!!”
Tentunya Romil langsung
bisa memahami bagaimana perasaan ku. Keadaan kota Yekaterinburg sangat jauh
berbeda dengan keadaan kota Cairo. Di Cairo, adzan bisa terdengar setiap waktu
dan masjid bisa ditemui hampir setiap beberapa meter. Dimana sesama saudara
muslim bisa membuat janji untuk bertemu di masjid, berjamaah, belajar bersama
dll.
Setelah pesan singkat
terkirim, Romil langsung menelpon ku. Aku tidak bisa menahan rasa bahagia
ketika di layar handphone-ku tertulis panggilan darinya. Ku angkat telephone
sambil berterika, “Romiil!” .
Aku ceritakan bagaimana
keadaan ku di Russia. Sempat ungkapan penyesalan terucap. Romil terdiam,
mendengarkan segala keluh kesah ku. Dengan besar hati dia menasehati dan
menyuruh ku agar tetap sabar.
“Yabnii, ittasil bi
Ruslan, huwa yaskun fi Yekaterinburg[2]”
Kata Romil.
Romil mengingatkan ku
bahwa ada alumni al-azhar yang tinggal di kota Yekaterinburg, namanya Ruslan
Nurmametov. Setelah mendengarnya berkata demikian, aku mulai bisa bernafas
kembali.
Aku pun langsung
mengirimkan SMS ke Ruslan:
“Ruslan hadza roqmii. Askun fi Syari’
Chapaiva[3]
16A, 437 Yekaterinburg. – Najib Indonesia”.
Ketika menulis SMS
tersebut, aku sangat menaruh harapan besar pada Ruslan. Aku menunggu telephon
darinya, atau paling tidak jawaban sms.
Sungguh, Aku sangat
bahagia ketika akhirnya Ruslan menelepon ku. Dan aku pun akhirnya bisa
berbicara dengan saudara muslim di Yekaterinburg. Namun, pembicaraan kami tidak
sesuai dengan yang aku harapkan.
“Najib,
kenapa kamu datang ke Russia kamu tidak akan menemukan faidah apapun di sini..” ucap Ruslan melalui telepon.
Perkataan Ruslan
tersebut membuat ku bertambah sedih. “Mengapa dia tidak membesarkan hati ku?”
aku bertanya sendiri dalam hati.
-
“Ada
hikmahnya.., pasti ada” jawab ku singkat.
-
“Baiklah, aku
harus berbicara dengan mu hari ini, jam 4 aku ke rumahmu” lanjut Ruslan.
-
“Tidak usah
repot-repot, kasih saja alamat kamu, kalau kamu sibuk dan jauh tidak usah
kesini” aku berusaha menolak meskipun dalam hati, aku mengharapkan
kedatangannya.
Entah mengapa aku
pesimis padanya, sebab ucapannya diawal pembicaraan kami tadi kurang begitu
mengenakkan.
***
Hari ini teman-teman
mahasiswa baru berencana akan pergi belanja kebutuhan sehari-hari ke IKEA[1].
Tempatnya agak jauh. Karena aku masih ragu apakah Ruslan benar-benar akan
menemui ku hari ini, akhirnya aku putuskan untuk ikut berbelanja saja bersama
teman-teman.
Perkataan Ruslan tidak
begitu mudah lepas dari pikiranku. Sungguh ucapannya tadi membuat ku pesimis.
Di sepanjang perjalanan menuju IKEA aku pun kembali berpikir kenapa harus
datang ke Russia.
Tadi aku sangat
berharap bisa bertemu dengan Ruslan, namun ucapannya yang bilang bahwa aku
tidak akan menemukan faidah apapun datang ke Russia, sungguh membuatku sedih.
Aku
kembali sms ruslan “Ya akhi[2],
aku ke pasar, mungkin sampai asrama jam 5, apakah kamu akan datang
hari ini?”
Lama aku menunggu
jawaban sms, hati ku pun tambah kacau, aku mulai berburuk sangka, apakah di
Russia juga ada lip-service? Jika memang ada, aku pun harus siap, karena
Allah maha segalanya. Pikirku menenangkan diri.
[1]
Hidup sangat susah di Russia, tidak ada adzan atau pun masjid, jemput aku !!!
[2]
Hei, coba kamu telpon Ruslan, dia tinggal di Yekaterinburg!
[3]
Ruslan, ini nomer saya. Saya tinggal di jalan Chapaeva 16A 437.
0 Comments:
Posting Komentar