Suasana di salah satu masjid di Yekaterinburg |
Kami tiba di bandara Kol’tsovo
Yekaterinburg sekitar pukul 22.00 waktu
setempat. Penerbangan Moscow-Yekaterinburg memakan waktu sekitar dua jam. Suhu
udara dingin, berkisar antara 10 derajat, membuat ku sempat merasakan
kedinginan. Kami di jemput oleh mas Rakhman Ardi, mahasiswa program master psychology
tahun terakhir di Ural State University[1].
Mungkin karena aku
mempunyai latar belakang kehidupan santri, ketika keluar dari bandara menuju ke
parkiran taksi, aku teringat pesan salah
satu guru yang biasa aku panggil Gus Zaky. Pesan beliau : “jika kamu
memasuki suatu daerah baru maka berdoalah - wa qul robbi adkhilni mudkhola
sidqin wa akhrijni mukhroja sidqin waj’alli min ladunka sultonan nasiro -.”[2].
Itu lah pesan yang aku terima ketika aku berpamitan minta restu kepada beliau.
***
Hari pertama di Yekaterinburg, jumat 8
oktober 2010
Aku masih ingat, hari
pertama ku di Russia adalah hari jum’at. Hari yang sangat special karena aku
seorang muslim. Hari dimana dalam “keyakinan” yang aku anut dikatakan
sebagai hari yang paling utama diantara yang hari-hari lainnya (sayyidul
ayyam). Hari dimana kita terbiasa menyambutnya dengan mandi, membaca
beberapa surat alquran di pagi hari, memakai wewangi-wangian kemudian pergi ke
masjid.
Hari-hari jumat
sebelumnya, aku merasa senang ketika melihat gerombolan kakek-kakek berjalan
kaki menuju masjid. Remaja takmir duduk bercengkrama bersama di serambi masjid
setelah sholat sambil menghitung uang kotak amal.
Terkadang geli melihat
anak-anak yang lebih suka mengalungkan sarung seperti serempang daripada
memakai dengan semestinya. Namun, suasana hari jumat pertama di Russia yang aku
alami berbeda seratus delapan puluh derajat, sangat sepi.
Hari itu, untuk pertama
kalinya aku tidak dibangunkan oleh adzan subuh. Aku tidak melihat tanda-tanda
orang islam disini. Di luar jendela belum aku lihat satu pun perempuan
berjilbab. Dalam hati aku berteriak, “Ya Allah, dimana saudara seiman aku
disini !?”. Perasaan yang sejak awal kedatangan sudah dihampiri shock,
kini pun bertambah gundah.
Di hari pertama
kedatangan, aku harus menyelesaikan beberapa urusan administrasi; seperti
registrasi kampus dan asrama, pembayaran ke bank, test penempatan (placement
test) untuk kursus bahasa, pemeriksaan kesehatan dll. Oleh karenanya kami
harus keluar asrama sejak pagi, melawan kemalasan yang disebabkan angin dingin
musim gugur Russia.
Dari mulai keluar
asrama, sepanjang perjalanan, aku berusaha melihat ke semua arah semampu mata
memandang, aku pasang telinga selebar mungkin. Semua itu aku lakukan dengan
tujuan, paling tidak aku bisa melihat ujung menara masjid, atau bisa menangkap
pantulan pengeras suara yang melantunkan ayat-ayat alquran.
Hari itu, hari jum’at
pertama, tiba-tiba aku merasa takut.
“Ya, Allah, bagaimana
aku hidup tanpa ada saudara muslim?”
---
Administrasi memakan
waktu lama. Sholat pun lewat karena aku tidak tahu waktu sholat di
Yekaterinburg. Waktu sholat pun tidak bisa dikira-kira seperti di negara
Indonesia. Di Yekaterinburg sangat beda,
pada bulan oktober, pukul 8.00 pagi masih gelap, dalam hati aku hanya bisa
membaca sholawat, berdzikir dan beristighfar.
“Ya allah… ini ibadahku
kepada MU”.
Sekitar jam empat sore
kami pulang ke asrama. Aku masih kepikiran bahwa hari ini aku belum sholat baik
dzuhur ataupun ashar. Aku mau sholat tapi sholat apa, arahnya kemana? Karena
kecapaian ditambah perasaan yang tidak nyaman, ketika berbaring di tempat
tidur, aku pun ketiduran.
Aku tidur dari jam 4
sore dan bangun pukul 01.00 malam. Kemudian aku rapel semua sholat yang
terlewatkan hari itu. Setelah sholat, aku duduk bersila diatas sajadah. Suasana
sepi membuatku hanyut dalam perasaan saat itu. Aku menangis dalam dzikir ku.
Aku bertanya pada
diriku sendiri “Apa yang aku cari, mengapa aku datang ke Russia ? Pertanyaan
ini seperti tamparan buat ku. Dari dulu banyak orang menanyakan kenapa aku
ingin pergi ke Russia. Dalam kesendirian aku berusaha menemukan jawabannya,
apakah ini karma karena tidak ku indahkan perkataan orang-orang.
Serasa ada suatu
kekuatan. Namun aku harus bangkit. Aku laki-laki, tidak boleh cengeng, semua
sudah ada garisnya, Allah menghendaki ku untuk berada di Russia saat ini. Aku
berusaha membesarkan hati dengan mengingat-ingat bagaimana keluarga mengantarku
sampai ke bandara Soekarno Hatta, keluarga besar Krapyak[3],
pak Ghufran[4]
yang selalu menyemangatiku untuk untuk menjadi duta muslim di Russi.
Bismillah …
[1]
Mulai tahun 2011, Ural State University berubah nama menjadi Ural Federal
University.
[2]
Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan
keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari
sisi Engkau kekuasaan yang menolong. (QS Al-isra : 80)
[3]
Keluarga besar Pon. Pes Krapyak, yayasan Ali Maksum, tempat dimana aku pernah
menimba ilmu.
[4]
Mantan kepala sekolah Indonesia-Cairo. Aku belajar banyak dari beliau.
0 Comments:
Posting Komentar