Masjid Tatar tidak jauh dari KBRI Moscow |
Singkat cerita, di
perjalanan, aku mendapat teman baik. Seorang pemuda satu tahun lebih tua diatas
ku. Obrolan kami selama perjalanan bisa dibilang nyambung. Bisa aku katakan,
pemuda ini tidak seperti pemuda Russia lainnya. Dia begitu sopan dan terlihat
bahwa dia dari keluarga yang baik dan terdidik.
Aku
tiba di Moscow hari selasa (14/2/12) pukul 09.23 waktu setempat. Seperti ciri
has ibu kota, Moscow is crowded (sumpek). Begitu turun kereta, aku bisa
langsung merasakan hawa persaingan yang ada di Moscow. Di stasiun ini kita bisa
menemukan porter (kurir) yang menawarkan jasa angkut barang dari kereta
sampai ke luar stasiun. Selain kurir kita juga bisa menemukan calo. Namun,
berbeda dengan di Indonesia, jika calo di Indonesia adalah calo tiket, maka di
Moscow adalah calo registrasi tempat tinggal. Maklum, untuk meminimalisir
kepadatan penduduk, setiap orang dari luar Moscow tidak boleh berada di Moscow
lebih dari satu minggu, kecuali jika seseorang tadi terdaftar (mempunyai
registrasi tempat tinggal atau tempat kerja dll).
Keadaan
di stasiun Moscow begitu juga tempat – tempat umum lainnya di Russia sangat
terkendali. Polisi ada dimana-mana. Bisa aku katakan, setiap dua puluh meter,
pasti ada dua polisi yang berjaga. Karena banyaknya polisi, aku pun sebagai
orang baik juga merasa ketakutan. Pengalaman ku di Moscow satu hari, aku tiga
kali dihadang dan diperiksa polisi. Mungkin polisi bisa mengenali raut muka ku
sebagai orang yang baru tiba di Moscow.
Sesampai di Moscow, aku
dijemput oleh salah satu mahasiswa Indonesia yang belajar di disana. Namanya
Septian Lesmana Sitorus. aku mengenalnya pada masa awal pengurusan beasiswa ke
Russia. Dia merupakan teman yang baik. Dia menjelaskan kepada ku bagaimana
hidup di Moscow untuk satu hari. Namanya juga satu hari, pelajaran yang aku
peroleh adalah bagaimana caranya dari stasiun Moscow bisa sampai ke KBRI, dan
bagaimana dari KBRI bisa kembali lagi ke stasiun pusat.
Belajar Metro Moscow
Metro (kereta cepat
bawah tanah) Moscow sangat berbeda dengan Metro Yekaterinburg. Metro
Yekaterinburg hanya memiliki 8 stasiun dengan panjang lintasan 12 Km .
Sedangkan untuk Moscow, menurut catatan wikipedia (kata kunci Moscow Metro),
metro Moscow mempunyai 12 jalur yang ditandai dengan nama warna dan 185 stasiun
halted dan panjang lintasan 305,7 Km. Diperkirakan, perharinya kereta bawah
tanah ini mengangkut 7 juta penumpang. Jadi bisa dibayangkang bagaimana ramenya
kehidupan bawah tanah kota Moscow.
Begitu
turun dari kereta api, kita langsung turun tangga menuju stasiun bawah tanah
metro. Nama stasiun metro yang ada di stasiun kereta api Moscow adalah Komsomolskaya.
Untuk ke KBRI kita harus memilih jalur merah selanjutnya kita harus turun di
stasiun Chisti Prudi. Dari Komsomolskaya ke stasiun Chisti Prudi
hanya berjarak 2 stasiun (Krasnie vorota dan Chisti Prudi).
Dari
Chisti prudi kita harus naik eskalator (tangga berjalan), naik ke atas
untuk ganti jalur, kalau tadi kita naik jalur merah sekarang kita memilih jalur
orange. Setelah naik kereta, kita akan melewati stasiun kitai gorod, kita
harus turun di stasiun setelah kitai gorod yang bernama Tretyakovskaya. Dari
sini kita keluar dari bawah tanah, dan langsung menuju KBRI, perjalanan
kira-kira 20 menit jalan kaki. (jika pusing tidak usah dipikirkan.)
KBRI
Setelah sampai KBRI aku
langsung menuju bagian konsuler. Beberapa urusan administrasi aku selesaikan
dan sebelum makan siang passport baru ku sudah jadi. Selanjutnya aku pergi ke
masjid yang berada dekat dengan KBRI. Namanya masjid Tatar.
Masjid
Tatar tidak terlihat dari jalan raya. Namun tidaklah sulit untuk menemukannya.
“Zdravstvuite, skajite
pojaluista gde mechet?[1]”,
tanya ku kepada salah seorang yang lewat di sekitar jalan Novokuznec.
“Shto[2]”
orang yang aku tanya balik bertanya.
“Mechet,” jawab
ku.
“kenapa kamu tidak
menyapa ku sebagai mana layaknya orang Islam?! ” orang tadi agak serius
berbicara sama aku.
“maaf,
aku tidak tahu kalau anda juga muslim, kalau begitu Assalaamu’alaikum”
aku berusaha mendamaikan suasana dengan mengulangi sapaanku dengan salam.
Yang
aku rasakan saat itu adalah bahagia, bagaimana tidak. aku berada di Moscow,
kota besar dari negara super. Disini aku ditegur oleh orang yang tidak aku
kenal gara – gara aku tidak mengucapkan menyapanya dengan kata
“Assalaamu’alaikum.”
Dalam hati aku, Allahu Akbar !!!
0 Comments:
Posting Komentar