Para peserta ujian di pengajian kami. |
Minggu ketiga bulan
april 2011, murid – murid madrasah “Nur” melaksanakan ujian akhir madrasah di
masjid Nur, Oktyabriski, Baradullina, Sverdlovksi oblast. Ujian tersebut
diselenggarakan untuk mengetahui progresifitas ilmu agama yang mereka peroleh
selama tahun ajaran 2010/2011.
Ujian
akhir madrasah Nur dilaksanakan secara bertahap. Hari jum’at (22/04) untuk mereka
yang sudah tahun ke empat, hari sabtu (23/04) untuk murid – murid tahun ke dua
(bagi yang tinggal di desa). Dan pelaksanaan ujian terakhir hari minggu (23/04)
secara khusus untuk murid – murid yang tinggal di kota, yang terbagi menjadi
tiga grup.
Materi
ujian beragam. Sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan setiap minggunya,
seperti fiqh, Siroh nabawiyah, hadis, dan tajwid.
Ujian akhir madrasah Nur ini bukanlah ujian biasa. Panitia sengaja mendatangkan
penguji dari kota lain, seperti imam
masjid Altin kota Berozovski, Radifullah Hazrat.
Para
peserta ujian terlihat sangat serius dan antusias dalam menjalani ujian akhir
madrasah ini. Namun, ada kekontrasan, ruang madrasah atau masjid yang biasanya
ramai terlihat sangat sepi. Menurut Ruslan Hazrat, separuh dari murid madarasah
tidak datang ke masjid karena takut terhadap ujian.
Ujian
di mulai pukul 11.30 dan selesai pukul 14.30 waktu setempat. Hari terakhir
ujian madrasah Nur ditutup dengan minum teh bersama dan makan siang bersama
dengan menu “Plov”, masakan has dari negara – negara asia tengah.
Setelah
ujian akhir madrasah selesai, zachot (semacam raport) akan dibagikan dua
minggu kedepan. Selanjutnya mereka akan libur selama musim panas. Mereka akan
bercocok tanam selama tiga bulan.
Mereka
akan menanam tomat, kentang dan kebutuhan sehari –hari lainnya. Hasil dari
perkebunan mereka nantinya bukan untuk dijual, namun untuk dikonsumsi sendiri
selama musim gugur dan musim dingin. Karena saat musim gugur tanah sudah tidak
bisa produktif lagi, terlebih jika salju sudah turun.
Beginilah hidup di Yekaterinburg.
Kecurangan dan Kegigihan
Kecurangan bukanlah hal yang baru
dalam setiap ujian. Terbukti, beberapa nenek memanfaatkan kelengahan pengawas
dengan mencontek. Menurut salah satu peserta ujian mengatakan, “kami sudah
tua, tidak bisa lagi menghafal, kami belajar agama karena zaman dahulu tidak
ada yang mengajari kami, kami tidak membutuhkan diplom dan sebagainya, kami
hanya ingin tahu bagaimana tentang sholat, membaca al-qur’an dan mendengarkan
hadist.”
Di
sinilah terlihat kegigihan para manula muslim Yekaterinburg. Meskipun sudah
tua, ditengah menurunnya kemampuan fisik dan akal mereka tetap giat menuntut
ilmu meskipun keputus asaan yang disebabkan keterbatasan kemampuan sering
menghampiri.
Ditengah
keputusasaan itu aku sering membesarkan hati mereka. Aku menceritakan perbedaan
antara simbah – simbah di Indonesia dan di Yekaterinburg. Gaya mengaji simbah –
simbah di Indonesia sangat tradisionalis, datang, duduk, dan mendengarkan.
Sedangkan di Yekaterinburg, mereka harus benar-benar seperti anak- anak
sekolah. Harus membawa buku, mencatat mengerjakan pekerjaan rumah dsb. Hal
tersebut merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh simbah-simbah Yekaterinburg.
Ketika ditanya salah
satu motivasi ngaji di madrasah nur, salah satu kakek menjawab, “memanfaatkan
umur demi menyempurnakan agama”. Aku spontan langsung terharu. Dalem
banget, mbah !
25 Aprl 2011
0 Comments:
Posting Komentar