Halal Tour in Russia

BAHASA RUSIA

Rabu, 30 Januari 2019

Soekarno di Mata Uzbek


Soekarno di mata Uzbek[1]
 
Makam Imam Al-Bukhori
Di belahan dunia mana pun, aku selalu berusaha merasa bangga menjadi warga negara Indonesia. Terutama sesuai identitasku sebagai seorang muslim. Jika mendengar kata Indonesia, muslim dari negara lain akan bilang, “wah, ketika di Saudi, aku bertemu banyak jamaah haji, di baju-baju mereka tertulis INDONESIA, mereka sangat ramah”. Ya, harus diakui bahwa jamaah haji Indonesia sangat mempunyai andil yang besar dalam mengenalkan Indonesia.
            Tidak lama setelah kedatangan ku ke Yekaterinburg, di acara hormat Haji, salah satu jamaah dengan bangga bercerita, kalau di Mekah dia bertemu dengan banyak sekali jamaah dari Indonesia.
            Begitu pula hari itu, ahad 24 april 2011, di acara akhir sanah madrasah Nur, Oktyabriski, ketika aku ikut membantu memasak “Plov”, masakan tradisional Uzbekistan. Aku berkenalan dengan tiga orang asal Uzbekistan, diantara mereka hanya satu yang bisa aku ingat namanya, yaitu Syuhrat Jiyanbekov, dua lainnya aku tidak bisa mengingat.

            Ketika mereka menanyakan asal negara ku, aku menjawab bahwa aku dari Indonesia. Salah satu diantara mereka kemudian meminta untuk mengulangi jawaban ku tadi.
“Indonesia,” jawab ku sekali lagi.
            “Orang Uzbekistan harus berterima kasih kepada presiden kamu yang namanya..,” dia tampak berusaha mengingat nama presiden.
Kotoroi,”[2] tanya ku.
Perviy[3], “ jawabnya.
            “Soekarno,” timpal ku.
Mengapa dan bagaimana Soekarno?
Cerita ini mungkin cerita rakyat, namun mari kita pikirkan. Jika kita sampai mengenal Sir Thomas Stanfort Rafles dan Dr. Joseph Arnold, bukan lain karena penemuan mereka terhadap bunga Raflesia. Atau jika nama jendral Deandles sampai dikenang oleh orang Indonesia, tidak lain karena kebijakan pembukaan jalan dengan sistem kerja paksa. Intinya cerita itu sudah menjadi sejarah.
            Kenalan aku bercerita tentang presiden Soekarno. President pertama RI, sekitar tahun 1950-an datang ke Russia (uni soviet). Selanjutnya Soekarno memiliki satu permohonan kepada pemerintah Russia, yaitu ingin mengunjungi makam imam Bukhori.
            Soekarno hanya mengetahui bahwa makam imam bukhori ada di asia tengah. Kemudian sang penjamu – pemerintah uni soviet – menghubungi wakil pemerintahan di wilayah asia tengah - ma waro’a nahr.
            Wakil pemrintahan kemudian menghubungi Mullah[4] disana untuk mengetahui dimana letak makam imam bukhori, dan akhirnya ditemukan makam imam Bukhori berada di Bukhoro, 500 km dari Tashkent. Namun, saat itu akses untuk ke makam belum ada. hanya sedikit orang yang tahu.
            Setelah mendapat informasi tersebut Soekarno langsung berangkat ke wilayah yang sekarang menjadi negara Uzbekistan. Tentunya tuan rumah tidak ingin malu dihadapan tamu kenegaraan.
            Demi memuluskan perjalanan Soekarno, pemerintah pusat memerintahkan untuk membuka akses ke makam imam Bukhori. Akses pun terbuka.
            Disini Soekarno membuat kagum orang-orang Uzbekistan. Setelah akses terbuka, Soekarno justru memilih untuk berjalan kaki untuk bisa mencapai makam penyusun kitab hadist nomer wahid tersebut.
            Setelah sampai di makam, soekarno meminta ditinggal untuk beberapa lama. Dan dia berpesan agar tidak ada yang mengganggu.
            Setelah selesai, Soekarno secara husus meminta kepada pemerintah wilayah untuk membuka makam imam Bukhori dan menghormatinya sebagai ulama besar.
            Setelah kedatangan Soekarno, orang-orang sekitar baru mengetahui siapa sebenarnya imam Bukhori. Dengan sebab kedatangan Soekarno kini orang bisa mengambil pelajaran dan menauladani hidup beliau.
            Dari segi data cerita ini memang sangat kurang. Namun kita kembali lagi, jika nama seseorang sampai di kenang di negara lain, itu bukan karena apa, namun karena suatu jasa.
Itulah sebabnya, mengapa kita harus berterima kasih kepada orang Indonesia” dia mengakhiri ceritanya.
            Ya, semakin bangga jadi orang Indonesia. Jujur, wilayah ma waro’a an-nahr, yang sekarang sudah terpecah menjadi beberapa negara di wilayah asia tengah adalah salah satu cita-cita dan keinginan aku untuk mengunjunginya. Karena disana Islam pernah mencapai masa keemasaanya sebelum akhirnya berusaha dibumihanguskan.
            Bukhoro adalah salah satu tujuan yang ingin aku kunjungi. Allah maha tahu niat ku, semoga mengabulkannya. Dan akan aku dapatkan data-data yang akurat. ya, sekarang usaha ku hanya kirim fatihah saja, supaya nanti dipanggil ke Uzbekistan.


[1] Suku asli negara Uzbekistan.
[2] Yang mana?
[3] Pertama.
[4] Pemuka agama

0 Comments:

Posting Komentar