Soekarno di mata Uzbek[1]
Di
belahan dunia mana pun, aku selalu berusaha merasa bangga menjadi warga negara
Indonesia. Terutama sesuai identitasku sebagai seorang muslim. Jika mendengar
kata Indonesia, muslim dari negara lain akan bilang, “wah, ketika di Saudi,
aku bertemu banyak jamaah haji, di baju-baju mereka tertulis INDONESIA, mereka
sangat ramah”. Ya, harus diakui bahwa jamaah haji Indonesia sangat
mempunyai andil yang besar dalam mengenalkan Indonesia.
Tidak
lama setelah kedatangan ku ke Yekaterinburg, di acara hormat Haji, salah satu
jamaah dengan bangga bercerita, kalau di Mekah dia bertemu dengan banyak sekali
jamaah dari Indonesia.
Begitu
pula hari itu, ahad 24 april 2011, di acara akhir sanah madrasah Nur,
Oktyabriski, ketika aku ikut membantu memasak “Plov”, masakan
tradisional Uzbekistan. Aku berkenalan dengan tiga orang asal Uzbekistan, diantara
mereka hanya satu yang bisa aku ingat namanya, yaitu Syuhrat Jiyanbekov,
dua lainnya aku tidak bisa mengingat.
Ketika
mereka menanyakan asal negara ku, aku menjawab bahwa aku dari Indonesia. Salah
satu diantara mereka kemudian meminta untuk mengulangi jawaban ku tadi.
“Indonesia,” jawab ku
sekali lagi.
“Orang
Uzbekistan harus berterima kasih kepada presiden kamu yang namanya..,” dia
tampak berusaha mengingat nama presiden.
“Kotoroi,”[2]
tanya ku.
“Perviy[3],
“ jawabnya.
“Soekarno,”
timpal ku.
Mengapa dan bagaimana Soekarno?
Cerita ini mungkin
cerita rakyat, namun mari kita pikirkan. Jika kita sampai mengenal Sir
Thomas Stanfort Rafles dan Dr. Joseph
Arnold, bukan lain karena penemuan mereka terhadap bunga Raflesia. Atau
jika nama jendral Deandles sampai
dikenang oleh orang Indonesia, tidak lain karena kebijakan pembukaan jalan
dengan sistem kerja paksa. Intinya cerita itu sudah menjadi sejarah.
Kenalan
aku bercerita tentang presiden Soekarno. President pertama RI, sekitar tahun
1950-an datang ke Russia (uni soviet). Selanjutnya Soekarno memiliki satu
permohonan kepada pemerintah Russia, yaitu ingin mengunjungi makam imam
Bukhori.
Soekarno
hanya mengetahui bahwa makam imam bukhori ada di asia tengah. Kemudian sang
penjamu – pemerintah uni soviet – menghubungi wakil pemerintahan di wilayah
asia tengah - ma waro’a nahr.
Wakil
pemrintahan kemudian menghubungi Mullah[4]
disana untuk mengetahui dimana letak makam imam bukhori, dan akhirnya ditemukan
makam imam Bukhori berada di Bukhoro, 500 km dari Tashkent. Namun, saat itu
akses untuk ke makam belum ada. hanya sedikit orang yang tahu.
Setelah
mendapat informasi tersebut Soekarno langsung berangkat ke wilayah yang
sekarang menjadi negara Uzbekistan. Tentunya tuan rumah tidak ingin malu
dihadapan tamu kenegaraan.
Demi
memuluskan perjalanan Soekarno, pemerintah pusat memerintahkan untuk membuka
akses ke makam imam Bukhori. Akses pun terbuka.
Disini
Soekarno membuat kagum orang-orang Uzbekistan. Setelah akses terbuka, Soekarno
justru memilih untuk berjalan kaki untuk bisa mencapai makam penyusun kitab
hadist nomer wahid tersebut.
Setelah
sampai di makam, soekarno meminta ditinggal untuk beberapa lama. Dan dia
berpesan agar tidak ada yang mengganggu.
Setelah
selesai, Soekarno secara husus meminta kepada pemerintah wilayah untuk membuka
makam imam Bukhori dan menghormatinya sebagai ulama besar.
Setelah
kedatangan Soekarno, orang-orang sekitar baru mengetahui siapa sebenarnya imam
Bukhori. Dengan sebab kedatangan Soekarno kini orang bisa mengambil pelajaran
dan menauladani hidup beliau.
Dari
segi data cerita ini memang sangat kurang. Namun kita kembali lagi, jika nama
seseorang sampai di kenang di negara lain, itu bukan karena apa, namun karena
suatu jasa.
“Itulah sebabnya,
mengapa kita harus berterima kasih kepada orang Indonesia” dia mengakhiri
ceritanya.
Ya,
semakin bangga jadi orang Indonesia. Jujur, wilayah ma waro’a an-nahr,
yang sekarang sudah terpecah menjadi beberapa negara di wilayah asia tengah
adalah salah satu cita-cita dan keinginan aku untuk mengunjunginya. Karena
disana Islam pernah mencapai masa keemasaanya sebelum akhirnya berusaha
dibumihanguskan.
Bukhoro
adalah salah satu tujuan yang ingin aku kunjungi. Allah maha tahu niat ku,
semoga mengabulkannya. Dan akan aku dapatkan data-data yang akurat. ya,
sekarang usaha ku hanya kirim fatihah saja, supaya nanti dipanggil ke
Uzbekistan.
0 Comments:
Posting Komentar