Taganski Ryad,
adalah pasar besar yang terletak di sebelah barat laut pusat kota Ekaterinburg.
Jika di Cairo, Taganski adalah pasar ‘Atabah. Jika kita bawa ke Magelang,
Taganskii bisa disamakan dengan pasar Rejowinangun, hanya saja, jika
Rejowinangun terletak di pusat kota, Taganski Ryad terletak jauh dari kota.
Dari pusat kota ulitsa
vosemo marta kita bisa naik
bis nomer 57 atau angkot nomer 024. Jika lalu lintas lancar, perjalanan bisa
ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit dengan Bis. Jika dengan angkot perjalanan
bisa lebih cepat.
Pasar
Tagansky bisa dibilang adalah pasarnya para imigran. Kebanyakan para pekerjanya
adalah pendatang dari Cina, Uighur, Uzbekistan, Tajikistan, Kirkizystan,
Azerbaijan bahkan dari Vietnam.
Pasar
Tagansky merupakan salah satu tempat favorite ku di Yekaterinburg. Di awal-awal
kedatangan, aku sering merasa bosan di asrama. Aku selalu merasa kesepian
karena teringat teman-teman seasrama ku ketika di Mesir dulu. Selalu teringat
kenangan sholat berjamaah, berbincang-bincang di halaman masjid, kantin dll.
Ketika
di Mesir aku bersahabat dengan beberapa orang dari Uzbekistan, Tadjikistan,
Tatarstan dan negara-negara bekas uni soviet lainnya. Nah, di pasar
Tagansky inilah aku merasa melihat saudara-saudara
lama ku. Dan ini bisa mengobati kerinduanku.
***
Ahmadjon
Mahmadaliyev
Mungkinkah
dia malaikat yang diturunkan Tuhan ke bumi. Pria berusia sekitar kepala empat
ini adalah pria asli suku Tajik. Dia merantau jauh ke Yekaterinburg untuk
menjalankan kewajibannya sebagai tulang punggung keluarga. Namanya Ahmadjon
Mahmadaliyev.
Ahmadjon
mempunyai keluarga yang dia tinggal di Tajikistan. Setiap bulan, seperti para
pekerja lainnya, dia harus mengirim uang untuk orang tua dan juga istri serta
anak-anaknya. Sungguh pejuang hidup sejati.
Suatu
waktu setelah sholat jum’at, Ruslan memberikan ku bungkusan plastic hitam.
“shto
takoe?”[1]
tanya ku penuh penasaran.
“sam
smotri!”[2]
jawab Ruslan singkat.
Bungkusan
plastic warna hitam dan tidak terlalu keras itu adalah jaket musim dingin. “Itu
tadi amanah dari Ahmadjon, orang yang berbicara dengan mu jum’at lalu, terima
saja!” Ruslan menjelaskan. Ya! Aku mengenal Ahmadjon selepas solat, jumat
minggu lalu.
“kalau
begitu aku harus berterima kasih kepadanya,” sambut ku.
Beberapa
hari kemudian aku pergi ke pasar Taganski dimana Ahmadjon bekerja. Sudah
menjadi kewajibanku untuk berterima kasih kepadanya. Mungkin dia memperhatikan
ku yang tidak pernah ganti jacket. Dan jaketku sudah terlihat usang.
Jaket
musim dingin yang aku bawa ke Russia adalah jaket second hand yang aku
beli dari pasar bekas di Parakan, harganya 90 ribu. Bagi ku jacket itu masih
bagus, namun bagi orang yang faham mungkin jaket itu sudah layak untuk di
musiumkan. Bayangkan saja, mana mungkin jaket bagus harganya 90 ribu.
Ahmadjon
bekerja di pasar Taganski Ryad sebagai penjual gantungan baju, manikin, solasi
dsb. Melihatnya kadang aku tidak tega, namun dia sendiri yang sering memintaku
untuk datang menemuinya. Jika dua minggu aku tidak ke Tagansky, dia pasti akan
menelepon ku.
“Tebe
shto nibud nado?”[3]
tanya Ahmadjon kepada ku sambil matanya melirik ke sepatu ku.
“Rahmat,
batinki novie”[4]
jawab ku sambil berusaha meyakinkannya, bahwa sepatu musim dingin ku baru aku
beli tahun ini.
Sungguh,
Aku tahu bahwa dia sangat sibuk. Namun dia sendiri yang memintaku untuk datang
menemuinya. Setiap kali aku datang, aku pasti disuruh makan siang disalah satu
restoran milik temannya, Wahab. Jika dia sibuk, aku kadang makan
sendiri. Dan saat berpamitan, selalu dia memberiku uang dengan alasan untuk
transport. Padahal untuk transport tentu saja uang tersebut sangat lebih.
“Semoga
Allah selalu menjaga mu serta keluargamu,” begitu doaku sebagai balasan
terima kasihku.
Satu
atau dua kilo daging kambing selalu dia bawakan untuk ku. Orang yang sedang
belajar harus makan yang bergizi, katanya. Berawal dari mengenalnya, aku
kemudian mengenal beberapa pedagang lain, seperti pedagang sepatu, handuk,
jaket, kaos kaki dll.
Suatu hari aku sempat menolak pemberiannya.
Namun dia menjawab, “Najib, aku juga pernah menjadi mahasiswa jauh dari
orang tua, aku tahu rasanya. Selain itu, ketahuilah, dulu ketika Ayah ku pergi
haji, dia bilang bahwa dia pernah dibantu oleh orang Indonesia, oleh karenanya,
semoga ini bisa menjadi amal ibadah ku dan juga ayahku. Suatu saat, jika kamu
sukses, kamu tidak akan melupakan hidup ini, dan berbuat baiklah”.
Mendengarnya
aku menjadi terharu. Aku berjanji, semoga Allah memberikan ku kemudahan untuk
bisa berbagi, meneruskan kebaikan malaikat ini.
[1]
Apa ini.
[2]
Lihat saja sendiri
[3]
APakah kamu butuh sesuatu?
[4]
Terima kasih, sepatu saya ini masih baru.
0 Comments:
Posting Komentar