Hakimyan Sharipov |
Seorang lelaki berumur
sekitar lima puluh empat tahun masuk dan langsung menyapa kami sedang
berkumpul.
-
“Assalaamu’alaikum,”
ucap laki-laki tersebut dengan senyum simetris terpasang di bibirnya.
Jamaah dengan serentak menjawab salam
laki-laki yang menggunakan tyubeteika[1]
hijau has etnis Tatar[2].
Setelah
pertemuan dengan jamaah selesai kami pergi ke masjid yang letaknya tepat di
depan madrasah. Aku dan Ruslan memasuki masjid dan langsung menuju ruangan
paling awal yang terletak di sisi sebelah kanan koridor. Ruangan tersebut
adalah ruangan imam masjid.
- “O,iya ini Hakimyan Hazrat[3],
dan ini Najib,” Ruslan mengenalkan kami berdua. Kami pun
bersalaman seperti layaknya orang yang baru berkenalan.
Mereka asyik berbicara,
sedangkan aku sibuk mengubah mimik muka ku karena terkadang tatapan mereka
menuju ke arah ku. Jika pembicaraan mereka tegang, aku pun ikut memasang
ekspresi tegang, jika mereka tersenyum aku juga ikut tersenyum. Padahal aku
tidak faham apa yang mereka bicarakan.
Ruslan
kembali melakukan apa yang sudah dia lakukan di depan jamaah tadi. Tanpa
konfirmasi, dia bilang ke Hakimyan hazrat bahwa aku akan membantunya mengajar
disini. Aku pun kaget untuk ke dua kalinya.
Ruslan
meninggalkan kami berdua di ruangan imam tersebut. Aku ngobrol lama dengan
Hakimyan hazrat. Meski kembali lagi aku tegaskan, ini adalah hari ke empat ku
di Russia. Aku belum bisa memahami kata-katanya. Aku hanya mengangguk-anggukan
kepala ku sesering mungkin.
Sekarang
giliran Hakimyan hazrat yang bertanya kepadaku, apakah aku benar ingin membantu
mengajar di pengajian ini. Aku hanya membalas, in sya Allah, aku tidak
bisa membalas secara pasti dengan
berbagai pertimbangan, aku belum bisa berbicara bahasa Russia. Hakimyan Hazrat
kemudian menasehatiku untuk lebih bersabar dan ihlas di Russia, rela membantu
saudara muslim yang menjadi minoritas.
“Ia
na namaz pridu,”[4]
kata Hakimyan Hazrat. Alkhamdulillah, tampaknya Hakimyan hazrat tampak senang
dengan keberadaan ku.
Setelah
solat dhuhur pukul 14.30, rombongan pulang kembali ke kota. Aku pun ingin
pulang namun Ruslan melarang.
-
“Ostavaite zdest do Magriba,”[5]
kata Ruslan.
Aku
menyanggupinya, apa lagi ketika ku lihat wajah Hakimyan hazrat. Beliau sangat
mirip dengan Abah habib Zen Al-Hady[6].
“O,
moi brat iz Indonesia”[7]
kata Hakimyan sambil memeluk ku. Aku sungguh bahagia, merasa mempunyai
keluarga baru di Russia.
Aku mengantar rombongan
bis yang akan kembali ke kota. Sebelum bis berangkat Natalia dan lilya
menghampiri aku. Kami ngobrol sebentar. Mereka bertanya berapa tahun aku akan
tinggal di Russia.
“Mungkin tiga tahun”
jawab ku.
Dua gadis tersebut
mengutarakan niatnya ingin belajar membaca Al-qur’an. Sungguh, aku merasa
terharu.
“Aku bangga kepada
kalian semua..,” ungkap ku kepada mereka.
Natalia kemudian
bertanya, apa yang membuat ku ingin ke Russia. Aku belum sempat menjawab inti
pertanyaannya, bis sudah akan berangkat. Akhirnya kami berpisah.
Lilya bertanya, “Ne
poyedihs se nami?”[8]
“Vecherom ia vernyus.”[9]
Jawab ku.
Jam sore
Aku baru tahu alasan
Ruslan meminta ku untuk tetap tinggal. Ternyata setelah jamaah dari kota
pulang, ada gelombang lain lagi yang datang. Waktu ngaji mereka dari ashar sampai maghrib. “Subhan Allah...
Ruslan, semoga Allah menjaga mu,” kata ku dalam hati.
Kemudian ruslan
memintaku untuk menemani mereka membaca Al-qur’an sampai Hakimyan hazrat tiba.
Setelah itu kami sholat mahgrib. Kami sholat maghrib berjamaah. Hakimyan hazrat
meminta ku untuk menjadi imam. Ya, meski dengan perasaan berat, aku
menyanggupinya.
Setelah sholat aku
teringat kata-kata pak Jirjis. “Cah Krapyak kuwi ono sing dadi imam nang
belanda, sopo ngerti engko dadi imam nang Russia, wong NU kuwi gambare jagad,
dadi engko nang jagad ngendi wae ono cah Krapyak”[10]
kata pak Jirjis saat aku sowan kepada beliau sebelum berangkat ke Russia. Aku
hanya tersenyum, lucu.
Selepas sholat maghrib aku
berpamitan kepada jama’ah untuk pulang ke asrama. Kembali Hakimyan Hazrat
memeluk aku sambil berkata, “brat, prixodite ke nam!”[11]
“Insya allah, izvinite ia poka
ne mogu pomoch vam[12]”
jawab aku.
“da, cherez god budesh horosho
govorit po russki, pomojesh nam![13]
kata Hakimyan hazrat sambil melepasku pulang.
Perasaan
ku sangat haru saat itu.
[1]
Tyubeteika = Peci
[2]
Salah satu etnis yang hidup di dataran Russia.
[3]
Hazrat = Ustadz, Kyai , istilah ini dipakai oleh dikalangan muslim Russia.
[4]
Saya akan datang saat waktu sholat
[5]
Tinggallah disini sampai magrib.
[6]
Pengasuh pengajian di Al-hady, Lapangan HEK, Kramat Jati, Jakarta timur.
[7]
Saudara saya dari Indonesia.
[8]
Tidak pulang bareng kita?
[9]
Saya pulang sore.
[10]
Anak Krapyak ada yang sudah menjadi imam di Belanda, siapa tahu kamu nanti
menjadi imam di Russia. NU itu lambangnya bola bumi, jadi artinya nanti
dibelahan dunia mana saja pasti ada orang Krapyak.
[11]
Datang lagi, ya!
[12]
Maaf kan saya karena belum bisa banyak membantu, anda !
[13]
Setahun lagi, setelah kau lancara berbahasa Russia, bantu Kami !
0 Comments:
Posting Komentar